Senin, 22 Juli 2013

KHUTBAH JUM'AT KHUTBAH RAMADHAN

KHUTBAH JUM'AT KHUTBAH RAMADHAN Ramadhan Bulan Pertaubatan

KHUTBAH RAMADHAN Ramadhan Bulan Pertaubatan 
اَلْحَمْدُ للهِ الذي جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ وَالَّذِيْ بِذِكْرِهِ تَطْمِئِنُّ الْقُلُوْبَ وَبِفَضْلِهِ تَغْفِرُ الذُّنُوْبَ. أشْهَدُ أنْ لا اِلهَ إلاّ اللهُ الْخاَلِقُ المَعْبُوْدُ وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمّدًا رَسُوْلُ اللهِ الصَّارِفُ الْمَوْعُوْدُ فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلامُهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أهْل التَّقْوَى وَالْمَعْرِفَةِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإحْسَانٍ إلَى يَوْمِ الْمَبْعُوْثِ. أمَّا بَعْدُ. فَيَا أيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ الْمُبِيْنِ :   شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ، وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌمُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلًّ فَيْهَ الشَّيَاطَيْنُ فَيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ ألْفِ شَهْرٍ

Hadirin sidang Jum’at yang dimuliakan Allah

Marilah kita senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita terhadap Allah SWT. marilah kita menikmati Ramadhan yang penuh berkah ini hanya untuk satu tujuan, yakni mencari keridhoan Allah SWT.

Karena kini kita telah memasuki bulan puasa, maka marilah kita instropeksi sejenak, sudahkah puasa kita dilakukan dengan benar. Apakah selama ini kita menjalani puasa sesuai ketentuan yang digariskan syariat?


Maka bersama-sama marilah kita renungi sejenak pada hal-hal berikut ini.

Agar puasa Ramadhan dapat dikerjakan dengan sempurma dan mendapatkan pahala dari Allah SWT, maka hendaknya melakukan hal-hal berikut:

Sudahkah kita mempersiapkan jasmani dan rohani, mental spiritual seperti membersihkan lingkungan, badan, pikiran dan hati dengan memperbanyak permohonan ampun kepada Allah SWT dan minta maaf kepada sesama manusia.


Jika mungkin niat kita selama ini belum benar, marilah kita meluruskannya dengan niat yang tulus ikhlas, hanya ingin mendapat ridha Allah SWT. Karena setan tidak akan mampu mengganggu orang yang tulus ikhlas dalam ibadah. Sebagaimana firman Allah dalam surat al­-Hijr ayat 39-40:



قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الأَرْضِ وَلأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ. إِلاَّ عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ

Iblis berkata: Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di an tara mereka. (QS Al-Hijr: 39-40)


Dan bila kita masih belum dapat bersabar untuk menahan lapar dan dahaga, atau untuk menahan nafsu syahwat kita, maka kini, saat ini dan untuk selanjutnya, hendaknya kita dapatb erpuasa dengan penuh sabar untuk melatih fisik dan mental, karena kesabaran itu akan mendapat pahala yang sangat banyak. Allah SWT berfirman:



إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (QS. Az-­Zumar: 10)



Namun bukan berarti kita menyia-nyiakan waktu kita dan menyiksa diri kita dengan berlama-lama berbuka atau telah makan sahur jauh-jauh sebelum waktu imsak tiba. Tidak harus demikian saudara-saudara. Segera berbuka jika waktunya sudah tiba dan, mengakhirkan makan sahur adalah cara yang tepat untuk meminimalisir beban fisik kita. Rasulullah SAW bersabda:



لَا تَزَالُ أُمَّتِيْ بِخَيْرٍ مَا أَخَرُّوْا السَّحُوْرَ وَعَجَّلُوْا اْلفِطْرَ

Umatku senantiasa berada dalam kebaikan jika mereka menyegerakan buka dan mengakhirkan sahur. (HR Ahmad).


Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah

Seorang Muslim tidak akan mampu berbuat maksimal dalam berpuasa jika fisiknya sakit. Karenanya, umat Islam berkewajiban menjaga kesehatan fisik mereka sepanjang menjalani ibadah Puasa Ramadhan.

Bergembira dengan kedatangan bulan Ramadhan adalah pesan Rasulullah secara langsung. Rasulullah mencontohkan dengan bersiwak, berbekam dan senantiasa menunjukkan raut muka yang penuh keceriaan. Sahabat Abdullah ibnu Mas’ud RA, menceritakan bahwa Rasulullah SAW menganjurkan kepadanya untuk memulai puasa dengan penampilan baik dan tidak dengan wajah yang cemberut.


Pada zaman dahulu, orang-orang Islam bahkan mengidealkan Ramadhan yang tidak diributkan oleh perkara-perkara duniawi dan kebendaan. Mereka menginginkan sepenuhnya dapat beribadah hanya kepada Allah tanpa terbagi dengan kebutuhan untuk mencukupi kehidupan duniawinya.


Selain itu, hal terpenting bagi seorang mukmin dalam mengisi waktu di bulan Ramadhan adalah dengan meninggalkan dosa-dosa dan kebiasaan buruk, karena Ramadhan adalah waktu yang sangat mendukung bagi seorang mukmin untuk bertaubat. Karena pada masa ini, yakni selama bulan Ramadhan, syetan-syetan yang biasanya menggoda dan meniupkan nafsu angkara murka kepada manusia telah dibelenggu. 


Dengan demikian, manusia tinggal menghadapi nafsunya sendiri selama bulan Ramadhan. Maka alangkah meruginya manusia, jika pada bulan ramadhan pun ia sama sekali tidak menunjukkan penurunan intensitas kemungkaran yang biasanya dijalankan. Bukankah ia tinggal melawan nafsunya sendiri?


Jika saja Ramadhan tidak dapat membuatnya sedikit pun mengurangi kemungkarannya, maka apakah lagi pada bulan-bulan ketika ia harus melawan syetan yang penuh dengan tipu daya? Maka sungguh merugilah orang seperti ini.


Karena Ramadhan adalah bulan pertaubatan, maka marilah kita segera mengahiri segala kemungkaran yang selama ini membelenggu kita. Sungguh dengan bertaubat, berarti kita telah membawa diri kita menuju keberuntungan di dunia dan akhirat, sebagaimana firman Allah,



وَتُوْبًوْا إِلَى اللهِ جَمِيْعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

 ”Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nur, 24 : 31)


Dengan demikian, semoga kita dapat menangkap makna sesungguhnya dari sabda Rasulullah SAW ”Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan kepada kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu-pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka.” (HR. Ahmad).


Termasuk dari pertaubatan ini adalah menjaga kidah dari kebohongan-kebohongan yang biasanya sulit kita hindari. Karena apalah artinya perut kita lapar dan tenggorokan haus jika lidah kita tetap mudah berbohong?


Rasulullah SAW bersabda :



مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلّهِ حَاجَةٌ فَيْ أنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

Siapa saja (selagi puasa) tidak meninggalkan kata-kata dusta dan melakukan berbuat tidak bermanfaat, maka tidak ada artinya disisi Allah, walau dia tidak makan atau minum. (HR Bukhari)


Hadirin sidang Jum’at yang berbahagia

Marilah di bulan ramadhan ini kita senantiasa memperbanyak membaca Al-Qur’an, menghayati dan mengamalkannya, sebagaimana Rasulullah SAW setiap bulan didatangi Malaikat Jibril untuk mengajarkan Al­Qur'an. Mengertilah bahwa Al-Qur'an yang dibaca pada bulan Ramadhan akan memberi syafaat kepada pembacanya kelak di hari kiamat.

Memperbanyak i’tikaf di masjid adalah juga salah satu cara untuk bertaubat dan merenungi kesalahan-kesalahan kita selama setahun yang telah berlalu. Memperbanyak ibadah, shalat malam dengan mengajak keluarga untuk ibadah malam. Memperbanyak membaca Tasbih, karena sekali tasbih dibulan Ramadhan lebih baik dari seribu tasbih diluar Ramadhan.


Imam Az-Zuhri berkata, ”Apabila datang Ramadhan maka kegiatan utama kita, selain berpuasa, ialah membaca al-Qur’an”. Hal ini tentu saja dilakukan dengan tetap memperhatikan tajwid dan esensi dasar diturunkannya al-Qur’an untuk direnungi, dipahami, dan diamalkan.


Imam Nawawi dalam kitab al-Adzkar menyatakan, ”Dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan kebaikan-kebaikan (selama bulan Ramadhan) dan telah meninggalkan keburukan-keburukan serta kemaksiatan untuk (memperbanyak) bersujud (sholat dan qiyamul lail/sholat malam) kepada Allah sebagai tanda syukur. Selain itu juga dianjurkan pila untuk memperbanyak memuji Allah dengan pujian-pujian (sanjungan) yang sesuai dengan keagungannya.”


Rasulullah SAW bersabda :



قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌمُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلًّ فَيْهَ الشَّيَاطَيْنُ فَيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ ألْفِ شَهْرٍ

Telah datang Bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, maka Allah mewajibkan kalian untuk berpuasa pada bulan itu, saat itu pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, para setan diikat dan pada bulan itu pula terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. (HR. Ahmad)


Artinya selama berpuasa, hendaknya kita selalu meningkatkan amal kebaikan, baik yang bersifat ritual, seperti sholat dan seremonial seperti silaturrahim, maupun yang bersifat individual seperti memperbanyak berdzikir dan merenungi keagungan Allah SWT.


Adalah sama sekali tiada halangan bagi seorang Muslim untuk tetap beraktifitas positif dan produktif selama berpuasa, kendati terjadi perubahan-perubahan kondisi tubuh terhadap seorang yang sedang menjalani ibadah puasa, terutama bagi mereka yang jarang berpuasa sunnah selama setahun sebelum kedatangan bulan Ramadhan.


Memang bahwa seseorang yang sedang berpuasa, akan mengalami perubahan kondisi badan seperti mau mulut yang berubah dan kondisi fisik yang melemah, namun justru di sanalah letak salah satu keutamaan orang-orang yang berpuasa. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, ”Bau mulut seseorang yang berpuasa adalah lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat dari harumnya minyak misik. (HR. Bukhari)


Selain itu tentu saja umat Islam mesti menjalankan ibadah puasa dengan penuh kesungguhan hati dan ketetapan niat untuk menjalani ibadah puasa hanya semata-mata karena Allah SWT.  Karena keikhlasan dan kepasrahan inilah yang akan menentukan kualitas ibadah puasa seseorang. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,



مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إيْمَا نًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

”Siapa pun yang menjalankan ibadah puasa Ramadhan dengan sepenuh iman dan kesungguhan, maka akan diampunkanlah dosa-dosa yang pernah dilakukan. (HR. Bukhori Muslim)


Karenanya, para ulama shalih terdahulu (salafus shalih) sangat memperhatikan dan memiliki semangat yang tinggi dalam menyambut datangnya bulan Ramadan. Mereka sangat gembira dengan kedatangannya bulan penuh berkah ini. Di mana kegembiraan ini adalah dikarenakan bulan Ramadhan adalah waktu turunnya rahmat Allah secara berlimpah dan berlipat ganda kepada umat Muhammad.


Para salafus shalih, menyadari bahwa Ramadhan sangat singkat. Sungguh sangat berharga, setiap detik dalam waktu-waktu bulan Ramadhan. Karenanya, mereka senantiasa mempergunakan segala kesempatan di bulan ini dengan amalan yang dapat membersihkan diri, meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan serta demi semakin mendekatkan diri kepada Allah. Tentu kita sebagai penerus perjuangan mereka, harus senantiasa mengikuti jejak ketaqwaan mereka di bulan Ramadhan ini.



بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبِّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَِّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لَِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar